My LOVE Story (husband's version) 1st part
Tulisan ini adalah bagian dari pergumulan relasi kami dulunya, dari sudut pandang suamiku. Memang sengaja di upload di blog ini. Dari sudut pandang ku juga ada di sini My LOVE Story (wife's version)
10 Agustus
2008
Dia makin
terlihat menarik. Apakah harus segera kukatakan perasaan ini?
Kami pulang
dari KRB 2008, sebuah kamp kepemimpinan Perkantas Jawa Timur, dan kebetulan
duduk bersebelahan di bus - sejujurnya ga kebetulan. Aku sengaja mengincar
tempat di sebelahnya. Dan pas kosong. ;-) -. Sudah 3 tahun aku
mengenalnya. Aku lupa kapan mulai muncul perasaan itu. Yang pasti sudah cukup
lama, lebih dari setahun yang lalu. Kami bersahabat. Aku cukup mengenalnya, dan
aku tahu kelebihan dan kekurangannya. Dan harus kuakui, banyak sisi-sisi
kekuatannya yang menjadi sisi kelemahanku. Demikian sebaliknya. Aku pernah
sharing dengan 2 sahabatku (yang pertama kali menjodoh-jodohkanku dengannya).
Dan mereka mengatakan bahwa karakter kami saling melengkapi. Namun waktu itu
tak ingin segera mengatakannya. Aku belum mau menjalani relasi. Aku masih ingin
menikmati masa-masa terakhirku kuliah, menikmati masa-masa bisa melayani Tuhan
dengan bebas di kampus. Lebih dari setahun ini aku mendoakannya. Apakah suatu
saat aku akan mengatakan padanya? aku berdoa agar biar lewat relasi yang
natural, aku bisa mengenali dia lebih dalam, dan aku bahkan hampir tidak
melakukan usaha khusus untuk membuat dia tertarik. Biarlah dalam persahabatan
yang natural, aku bisa mengenalnya dan mengetahui kehendak Allahku.
Satu prinsip yang diajarkan seorang kakak Rohani, yang membuatku tidak
terburu-buru adalah, Sebagai cowok, kalau kamu sungguh-sungguh
sayang, jangan pernah tembak/ajak
bergumul, sebelum kamu yakin dia orang yang akan kamu perjuangkan untuk menjadi
istrimu. Jadi sekali tembak, no turning back. Mengapa begitu? Untuk menghindari kamu melukai
si wanita. Bayangkan jika setelah tembak, Dan si wanita itu mau, lalu kamu
berubah pikiran? Bukankah kamu akan melukainya? Jadi sebagai Pria yang gentle,
kamu harus bertanggungjawab dengan apa yang kamu katakan. Lebih baik menunda
untuk bicara, Demi meyakinkan dirimu daripada akhirnya melukai wanita.
Dan kini
masa-masa itu telah berlalu. Aku baru saja lulus, dan akan bekerja. Sejak aktif
melayani Tuhan di kampus, aku merasa bahwa panggilanku adalah melayani Tuhan di
kalangan mahasiswa. Bentuknya seperti apa? Pemikiran logisku berkata bahwa
dengan jadi dosen di universitas di Kupang, aku bisa menggabungkan antara
ketertarikanku dalam bidang studiku, dan kerinduanku untuk bisa mengerjakan
pemuridan di kalangan mahasiswa.
Dan hari
ini, di bus itu, kami bicara panjang lebar tentang kerinduan masing-masing.
Diapun rindu untuk suatu saat pulang ke Kupang, dan punya beban dalam bidang
pendidikan. Menurutku, kerinduan kami sejalan.
Apakah harus
segera kukatakan perasan yang selama ini kusimpan?
Ya. Akan
kukatakan minggu ini. Tuhan, tolong berikan aku kesempatan untuk mengajaknya
keluar berdua.
12 Agustus
2008. Kesempatan yang tidak direncanakan
Sms masuk
dari dia. “kak, bisa temani aku ke C......r ga sore ini? Mau belanja bulanan”.
Kesempatan
datang!! Segera
kusiapkan kata-kata yang akan kukatakan padanya nanti.
Sore itu
kamipun pergi. Jalan kaki, dari daerah kampus Petra, menuju C......r di Ahmad Yani. Dan bisa di tebak,
sepanjang jalan aku terus berusaha mengingat-ingat apa yang harus kukatakan
padanya nanti :)
12 Agustus
2008 Malam - Shock!!
Kami pulang dari
C.......r, berjalan
kaki di dalam keheningan. Tanpa sepatah katapun. Ternyata dia shock karena
tidak pernah menyangka aku punya perasaan padanya. dia menganggapku
selama ini sebagai sahabat, sebagai kakak. Sebenarnya aku tidak langsung
mengajak dia jadi pacarku. Aku bertanya, apakah dia mau untuk mendoakan dulu
bersama-sama mengenai relasi ini? menggumulkan bersama di hadapan Tuhan. Namun
itu sangat mengejutkannya. Dan sesudah itu, kami hampir tidak berkomunikasi.
Dia menghindar.
14 Agustus
2008
Setelah dua
hari tidak bertemu dan tidak berkomunikasi dengan dia. Waktu bertemu di acara
pelepasan wisudawan Pelayanan Mahasiswa (dan aku salah seorangnya), sikap dia
sangat dingin dan menghindar. Hanya sebuah ucapan selamat yang dingin dan serba
salah tingkah yang dia katakan padaku.
Dan malam
itu, aku sms : “San, ketika aku berani mengatakannya padamu, aku siap dengan
apapun konsekuensinya termasuk kamu menolakku. Tapi aku ga mau kehilangan
sahabat. Kalau itu mengganggumu, aku siap ditolak”
Aku tak
mengharapkan dia merespon smsku, tapi ternyata respon itu datang. Dan respon
positif pertama sepanjang 2 hari ini. Dan dia memberikanku kesempatan untuk
menjelaskan kenapa aku mencintainya? Dan aku memanfaatkan kesempatan itu sebaik
mungkin.
21 Agustus
2008. Sebuah jawaban
Tadi malam
dia SMS, bahwa dia akan memberi jawaban malam ini, apakah dia mau untuk berdoa
dan menggumulkan relasi ini bersama atau tidak. Sepanjang hari itu deg-degan
menanti malam tiba.
Siang itu
aku KTB dengan 2 adik KTBku. Salah seorang tiba-tiba berkata bahwa dia mimpi
aneh. Dia bermimpi menghadiri pernikahanku dan pasangannya adalah wanita itu.
Sungguh aneh. Yang seorang lagi mengatakan bahwa dia juga menangkap gelagat
aneh dari diriku tiap kali memandang wanita itu. dan dia bertanya "Apakah
k Akhung suka padanya?"
Apakah ini
kebetulan? Aku bahkan tak pernah mengatakan pada adik ktbku tentang itu.
Sesudah itu baru kuceritakan ke mereka tentang proses yang terjadi
21 Agustus
2008, Malam – it's
starting
Jawabannya
adalah Dia mau mendoakan. Senang sekali. Sampai kapan? Belum tahu. Ok.
Aku akan menunggu.
Proses
Pergumulan Bersama
Apa yang
kami lakukan dalam masa-masa pergumulan?
- Ada
jadwal untuk kami bertemu, berdoa bersama, berdiskusi tentang relasi kami,
sharing tentang pertumbuhan pengenalan kami satu dengan yang lain
- Berusaha
melibatkan orang-orang dekat dan komunitas rohani dalam pergumulan kami
21 Desember
2008
4 bulan
bukan waktu yang singkat untuk bergumul. Tapi akhirnya dia mau untuk jadi
pacarku. Pacar pertamaku. Kami membuat beberapa komitmen bersama yang kami
catat. Terkait kekudusan dalam relasi, fokus utama yang harus pada Tuhan, dan 1
komitmen yang paling kuingat adalah:
“ kami ingin
relasi ini hingga pernikahan. Namun kami tidak tahu apakah Tuhan akan terus
memimpin relasi ini hingga pernikahan. Yang pasti, kami mau relasi ini tidak
akan menjadi relasi yang disesali. Kalaupun suatu saat kami harus putus, kami
akan mengucap syukur bahwa relasi ini menolong kami bertumbuh, makin dewasa di
dalam Tuhan, dan memimpin kami untuk makin mencintai Dia dan taat padaNya.”
Dan kami
berjuang agar relasi sungguh-sungguh menolong kami bertumbuh. Tidak mulus
memang, ada saat-saat kami gagal dan terjebak untuk fokus pada satu dengan yang
lain lebih dari pada Tuhan. Tapi proses relasi ini sungguh menjadi proses yang
berharga dan sangat mendewasakan.
Komitmenku secara pribadi
adalah, ini akan
menjadi relasi yang kuperjuangkan sampai menikah. Jika harus berpisah, tidak
akan pernah terjadi karena inisiatifku.
to be continued.....
Komentar
Posting Komentar