Refleksi tentang pernikahan dan bla bla...
03 Oktober 2012
A. 1 Korintus 7
Ay. 1-6 berbicara mengenai pernikahan:
- Tidak menikah itu baik, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki/perempuan untuk menikah (1a-2). Diikuti dengan penjelasannya dalam ay. 3-4.
- Dalam perkawinan pun sebaiknya tidak saling menjauhi, kecuali untuk kesempatan berdoa. Supaya jangan jatuh dalam godaan, sebab tidak tahan untuk tidak bersama. (5)
- Ini adalah kelonggaran/anjuran, bukan perintah (6).
- Paulus menganjurkan bahwa alangkah baiknya jika setiap orang seperti dia, namun dia juga menekankan bahwa setiap orang menerima karunia yang berbeda-beda dari Allah (termasuk juga menikah/tidak menikah) (7).
- Dia memberikan 2 opsi: bagi yang tidak menikah & kepada janda2 dianjurkan untuk hidup seperti dia (fokus dengan pekerjaan Tuhan) (8); sedang bagi mereka yang tidak dapat menguasai diri, sebaiknya menikah (9).
Terkhusus untuk ay. 9: frase tidak dapat menguasai diri:
NIV: But if they cannot control themselves, they should marry...
ESV: But if they cannot exercise self-control, they should marry....
- 26, 27 – adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya.
Bagian ini masih kurang jelas bagiku, saat ku coba lihat commentary, ini hasilnya:
Bible Knowledge Commentary:
7:26-28. The present crisis may have referred to persecution then being suffered by the Corinthians (cf. John 16:33; 2 Tim 3:12; 1 Peter 4:12) or to an experience of suffering which Paul anticipated would shortly befall them (in which case the words could be trans. "impending crisis"). In view of his silence in the letter about any present suffering on their part the latter point of view (and trans.) is preferred. (Cf. 1 Cor 4:8 which intimates a perceived state of well-being or even positive euphoria.) Still, when persecution came, as Paul felt it surely would, its onslaught could be handled more ably by single than by married persons. However fearsome the thought of martyrdom (cf. 13:3) might be to a single person, it was doubly so to a married person responsible for a spouse and children. With these conditions in view marriage would not be wrong (if you do marry, you have not sinned), but it would be inexpedient.
Paulus mau berbicara bahwa hiduplah sebagaimana kamu ada sekarang, namun tanggungan bagi yang menikah itu jauh lebih berat terutama bagi pasangannya dan anaknya. Mungkin karena akan ada masa-masa yang sulit di depannya. Lebih baik tidak menikah. Namun menikah bukanlah sebuah dosa.
- 29-31 – mengenai masa yang tidak lama lagi. Waktu telah singkat!(29); sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu (31). Waktunya sudah tidak lama lagi, jadi mungkin menjadi single adalah sebuah keuntungan untuk berfokus pada apa yang Tuhan mau kerjakan.
- 32-34 – mengenai fokus hidup. Dia mau agar hidup jemaat yang membaca surat ini tidak penuh dengan kekuatiran.
Tidak menikah :*Orang yang tidak beristri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.
*perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus.
Menikah:
*Orang yang beristri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya, dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi.
*tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.
Kesimpulannya: bagi yang tidak menikah dapat sangat fokus melayani Tuhan, sedang yang menikah kemungkinan menghadapi banyak gangguan untuk fokus melayani Tuhan. Jadi, orang yang tidak menikah dapat sangat memberi banyak dalam hal waktu, perhatian, konsentrasi dibanding dengan yang menikah (yang pastinya perhatiannya juga terbagi-bagi).
- 35-40 kesimpulan dari yang dijabarkan panjang lebar oleh Paulus. Ini semua untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi dalam kebebasan, tetapi sebaliknya supaya dapat melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan (35).
- Tetapi juga kembali dia angkat bahwa menikah itu baik, tidak menikah juga baik (38).
- Efektif atau tidak, bukan ditentukan menikah atau tidak.
B. Matius 19:11-12
Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja:
- Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya (those born without sexual organs; made eunuchs by God).
- Ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain (those made eunuchs by people);
- Ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga (those who are able to control desire for God’s purpose on the earth).
Beberapa refleksi yang menegur:
1. Fokuslah dengan apa yang Tuhan mau aku kerjakan saat ini. Jika Ia melihat bahwa aku butuh untuk menikah pasti akan disediakan, atau sebaliknya. Fokuslah dengan tugas yang Ia percayakan pada diri sendiri.
2. Saat pergi melakukan apa yang Tuhan mau untuk dikerjakan, jangan berfokus dengan kebutuhan diri sendiri saja. Jika Tuhan melihat butuh, pasti akan disediakan. (Mat 10:1-15)
3. Pengutusan dariNya itu adalah sesuatu yang sangat serius, seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. (Mat 10: 16)
4. Akan ada masanya iman pada Yesus Kristus dipertaruhkan. Ini adalah sesuatu yang sangat berat tanggungannya. Jadi masalah menikah atau tidak itu masalah kecil yang tidak ada artinya, sebab akan masih banyak lagi perkara-perkara yang datang berkaitan dengan iman percaya pada Yesus Kristus. (Mat 10:17-20)
5. Harga lain yang harus dibayar: kamu akan dibenci oleh semua orang oleh karena namaKu; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat (10:22). Pilihan hidup akan taat sepenuhnya pada Kristus, mengakibatkan banyak pihak tidak menyukai kita. Harus bertahan. Sebab yang dijanjikan adalah “barangsiapa bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”
6. Mengenai ketakutan (10:28): “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” – harus lebih takut pada Tuhan sebab Ia lebih berkuasa atas mereka yang hanya dapat membinasakan tubuh namun tak dapat mengapa-apakan jiwa mereka yang setia mengikuti Kristus.
7. Segala kebutuhan manusia pasti akan dicukupkan oleh Bapa di surga (10:29-30), oleh karena itu tidak perlu gelisah dan sedih. Dalam hal menikah atau tidak, jika Tuhan melihat aku butuh untuk menikah pasti akan diberikan, namun jika tidak, pasti akan sebaliknya. Dia tahu yang terbaik bagi setiap anakNya.
8. Dengan mengikuti Yesus dengan sungguh-sungguh harus siap dimusuhi orang terdekat (bahkan seisi rumah). Memisahkan mereka yang sungguh ikut Tuhan, pergi melakukan kehendakNya dengan seisi rumahnya (10:34).
9. Mengasihi Tuhan = mengasihi Tuhan lebih dari orang tua, saudara, teman, orang-orang dekat di sekelilingnya. (10:37-39)
C. Yohanes 4:34-38
1. Yesus berkata: makananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya. Dia menggunakan kata makananku, ini berarti adalah sesuatu yang dibutuhkan setiap hari, jika tidak maka tidak bisa bertahan hidup. Harusnya jika sungguh ikut Kristus, maka hal yang terpenting dalam hidup ini adalah melakukan kehendakNya dan menyelesaikanNya. Lalu apa kehendakNya dalam hidupku? (mungkin muncul pertanyaan ini), setiap orang sebenarnya mendapat karunia khusus jika benar-benar mau mencari dan peka dengan apa yang Tuhan mau.
2. Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sekali lagi tentang pentingnya berfokus pada pekerjaan Tuhan. Hal-hal yang lain pasti disediakan jika anakNya membutuhkan dan pada waktu yang tepat.
Overall, sepertinya pergumulan ini sedang membuatku porak poranda. Segala hal yang ku percaya sudah aman dan nyaman, Tuhan sedang meruntuhkannya sejauh ini. Dan Dia membuatku tak bisa berpegang pada apa-apa selain hanya Dia dan bertekun dalam Dia saja. Dia mau membuatku yang sombong ini benar-benar melihat diri tidak ada apa-apanya, dan bergantung hanya pada Dia saja. Dia menempatkanku dalam posisi ini. Semuanya Dia ambil. Nothing’s left. Hanya dari setiap proses yang ada, Dia mau mengajarkanku untuk taat dan percaya padaNya. Prosesnya masih panjang nih, hehehehhe... ini tahun yang sangat luarbiasa dalam timelime hidupku. Dia mau buat aku naik kelas nih.
A. 1 Korintus 7
Ay. 1-6 berbicara mengenai pernikahan:
- Tidak menikah itu baik, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki/perempuan untuk menikah (1a-2). Diikuti dengan penjelasannya dalam ay. 3-4.
- Dalam perkawinan pun sebaiknya tidak saling menjauhi, kecuali untuk kesempatan berdoa. Supaya jangan jatuh dalam godaan, sebab tidak tahan untuk tidak bersama. (5)
- Ini adalah kelonggaran/anjuran, bukan perintah (6).
- Paulus menganjurkan bahwa alangkah baiknya jika setiap orang seperti dia, namun dia juga menekankan bahwa setiap orang menerima karunia yang berbeda-beda dari Allah (termasuk juga menikah/tidak menikah) (7).
- Dia memberikan 2 opsi: bagi yang tidak menikah & kepada janda2 dianjurkan untuk hidup seperti dia (fokus dengan pekerjaan Tuhan) (8); sedang bagi mereka yang tidak dapat menguasai diri, sebaiknya menikah (9).
Terkhusus untuk ay. 9: frase tidak dapat menguasai diri:
NIV: But if they cannot control themselves, they should marry...
ESV: But if they cannot exercise self-control, they should marry....
- 26, 27 – adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya.
Bagian ini masih kurang jelas bagiku, saat ku coba lihat commentary, ini hasilnya:
Bible Knowledge Commentary:
7:26-28. The present crisis may have referred to persecution then being suffered by the Corinthians (cf. John 16:33; 2 Tim 3:12; 1 Peter 4:12) or to an experience of suffering which Paul anticipated would shortly befall them (in which case the words could be trans. "impending crisis"). In view of his silence in the letter about any present suffering on their part the latter point of view (and trans.) is preferred. (Cf. 1 Cor 4:8 which intimates a perceived state of well-being or even positive euphoria.) Still, when persecution came, as Paul felt it surely would, its onslaught could be handled more ably by single than by married persons. However fearsome the thought of martyrdom (cf. 13:3) might be to a single person, it was doubly so to a married person responsible for a spouse and children. With these conditions in view marriage would not be wrong (if you do marry, you have not sinned), but it would be inexpedient.
Paulus mau berbicara bahwa hiduplah sebagaimana kamu ada sekarang, namun tanggungan bagi yang menikah itu jauh lebih berat terutama bagi pasangannya dan anaknya. Mungkin karena akan ada masa-masa yang sulit di depannya. Lebih baik tidak menikah. Namun menikah bukanlah sebuah dosa.
- 29-31 – mengenai masa yang tidak lama lagi. Waktu telah singkat!(29); sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu (31). Waktunya sudah tidak lama lagi, jadi mungkin menjadi single adalah sebuah keuntungan untuk berfokus pada apa yang Tuhan mau kerjakan.
- 32-34 – mengenai fokus hidup. Dia mau agar hidup jemaat yang membaca surat ini tidak penuh dengan kekuatiran.
Tidak menikah :*Orang yang tidak beristri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.
*perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus.
Menikah:
*Orang yang beristri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya, dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi.
*tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.
Kesimpulannya: bagi yang tidak menikah dapat sangat fokus melayani Tuhan, sedang yang menikah kemungkinan menghadapi banyak gangguan untuk fokus melayani Tuhan. Jadi, orang yang tidak menikah dapat sangat memberi banyak dalam hal waktu, perhatian, konsentrasi dibanding dengan yang menikah (yang pastinya perhatiannya juga terbagi-bagi).
- 35-40 kesimpulan dari yang dijabarkan panjang lebar oleh Paulus. Ini semua untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi dalam kebebasan, tetapi sebaliknya supaya dapat melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan (35).
- Tetapi juga kembali dia angkat bahwa menikah itu baik, tidak menikah juga baik (38).
- Efektif atau tidak, bukan ditentukan menikah atau tidak.
B. Matius 19:11-12
Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja:
- Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya (those born without sexual organs; made eunuchs by God).
- Ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain (those made eunuchs by people);
- Ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga (those who are able to control desire for God’s purpose on the earth).
Beberapa refleksi yang menegur:
1. Fokuslah dengan apa yang Tuhan mau aku kerjakan saat ini. Jika Ia melihat bahwa aku butuh untuk menikah pasti akan disediakan, atau sebaliknya. Fokuslah dengan tugas yang Ia percayakan pada diri sendiri.
2. Saat pergi melakukan apa yang Tuhan mau untuk dikerjakan, jangan berfokus dengan kebutuhan diri sendiri saja. Jika Tuhan melihat butuh, pasti akan disediakan. (Mat 10:1-15)
3. Pengutusan dariNya itu adalah sesuatu yang sangat serius, seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. (Mat 10: 16)
4. Akan ada masanya iman pada Yesus Kristus dipertaruhkan. Ini adalah sesuatu yang sangat berat tanggungannya. Jadi masalah menikah atau tidak itu masalah kecil yang tidak ada artinya, sebab akan masih banyak lagi perkara-perkara yang datang berkaitan dengan iman percaya pada Yesus Kristus. (Mat 10:17-20)
5. Harga lain yang harus dibayar: kamu akan dibenci oleh semua orang oleh karena namaKu; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat (10:22). Pilihan hidup akan taat sepenuhnya pada Kristus, mengakibatkan banyak pihak tidak menyukai kita. Harus bertahan. Sebab yang dijanjikan adalah “barangsiapa bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”
6. Mengenai ketakutan (10:28): “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” – harus lebih takut pada Tuhan sebab Ia lebih berkuasa atas mereka yang hanya dapat membinasakan tubuh namun tak dapat mengapa-apakan jiwa mereka yang setia mengikuti Kristus.
7. Segala kebutuhan manusia pasti akan dicukupkan oleh Bapa di surga (10:29-30), oleh karena itu tidak perlu gelisah dan sedih. Dalam hal menikah atau tidak, jika Tuhan melihat aku butuh untuk menikah pasti akan diberikan, namun jika tidak, pasti akan sebaliknya. Dia tahu yang terbaik bagi setiap anakNya.
8. Dengan mengikuti Yesus dengan sungguh-sungguh harus siap dimusuhi orang terdekat (bahkan seisi rumah). Memisahkan mereka yang sungguh ikut Tuhan, pergi melakukan kehendakNya dengan seisi rumahnya (10:34).
9. Mengasihi Tuhan = mengasihi Tuhan lebih dari orang tua, saudara, teman, orang-orang dekat di sekelilingnya. (10:37-39)
C. Yohanes 4:34-38
1. Yesus berkata: makananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya. Dia menggunakan kata makananku, ini berarti adalah sesuatu yang dibutuhkan setiap hari, jika tidak maka tidak bisa bertahan hidup. Harusnya jika sungguh ikut Kristus, maka hal yang terpenting dalam hidup ini adalah melakukan kehendakNya dan menyelesaikanNya. Lalu apa kehendakNya dalam hidupku? (mungkin muncul pertanyaan ini), setiap orang sebenarnya mendapat karunia khusus jika benar-benar mau mencari dan peka dengan apa yang Tuhan mau.
2. Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sekali lagi tentang pentingnya berfokus pada pekerjaan Tuhan. Hal-hal yang lain pasti disediakan jika anakNya membutuhkan dan pada waktu yang tepat.
Overall, sepertinya pergumulan ini sedang membuatku porak poranda. Segala hal yang ku percaya sudah aman dan nyaman, Tuhan sedang meruntuhkannya sejauh ini. Dan Dia membuatku tak bisa berpegang pada apa-apa selain hanya Dia dan bertekun dalam Dia saja. Dia mau membuatku yang sombong ini benar-benar melihat diri tidak ada apa-apanya, dan bergantung hanya pada Dia saja. Dia menempatkanku dalam posisi ini. Semuanya Dia ambil. Nothing’s left. Hanya dari setiap proses yang ada, Dia mau mengajarkanku untuk taat dan percaya padaNya. Prosesnya masih panjang nih, hehehehhe... ini tahun yang sangat luarbiasa dalam timelime hidupku. Dia mau buat aku naik kelas nih.
Refleksi sharing "KTB kecil" kita semalam?? :D
BalasHapusSelamat Ujian Mak, supaya naik kelas yaa.. GBU
*hugss...