PENYEMBUH YANG TERLUKA


mengutip dari buku Kesembuhan Luka-luka Batin - David A. Seamands

Imam Besar yang kita miliki dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Kelemahan: sebuah noda fisik, sebuah cela. Dalam PB “kelemahan” digunakan secara kiasan dan kebanyakan dalam bentuk negatif. Kelemahan sendiri bukanlah dosa, melainkan kelemahan menggerogoti daya tahan kita menghadapi godaan.

Imam Besar kita bahkan turut merasakan kelemahan-kelemahan kita,bukan hanya kecacatan, bukan hanya kekurangan, bukan hanya kesulitan-kesulitan emosional dan konflik batin, tetapi juga rasa sakit yang diakibatkan oleh hal-hal itu. Ia memahami keputusasaan, kegelisahan, rasa tertekan, luka, perasaan ditinggalkan dan kesepian, terkucil dan ditolak. Ia yang turut merasakan kelemahan kita mengalami semua perasaan mengerikan yang menyertai kekurangan dan kecacatan kita.

Allah yang telah menjalaninya sendiri, tahu bagaimana rasanya berada di dalamnya dan merasakannya bersama-sama kita – semua kepedihan itu. Kita datang pada Bapa yang di sorga yang memahami perasaan kita dan mengundang kita untuk membagi beban kita dengan Allah.
Tetapi apakah Ia mengetahui perasaan yang paling buruk dari semua kelemahan kita? Bahkan jika kita tidak bisa berdoa? Yang perlu diingat, bahwa kesetaraanNya dengan kemanusiaan kita, dan terutama di atas kayu salib itu, Ia menanggung semua lingkup perasaan kita. Dan Ia memikul perasaan karena kelemahan-kelemahan kita, sehingga kita tidak perlu memikulnya sendirian.

“Lembah Kesunyian”
Yesus melewati lembah kesunyian ini,
Ia harus menjalaninya sendiri;
Tak seorang pun dapat menjalaninya bagi Dia,
Ia harus menjalaninya sendiri.

Engkau harus pergi dan bertahan dalam ujianmu,
Engkau harus bertahan sendiri;
Tak seorang pun dapat menahannya bagimu,
Engkau harus bertahan sendiri.

Saat kita melewati lembah kesunyian kita,
Kita tak menjalaninya sendiri;
Karena Allah kirim PutraNya ‘tuk sertai kita,
Kita tak menjalaninya sendiri.
(tambahan bait terakhir dari Erna Moorman)


Komentar

  1. Artikelnya sangat memberkati kak , karena alasan itulah yang membuat kita bertahan.. karena sang Juruselamat ikut merasakan setiap pergumulan dan air mata kita. Terus bekarya kak dan selamat melayani Tuhan memberkati :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer