Mustahil tapi Mungkin


Di suatu hari Minggu, saya memasuki gedung kebaktian dengan bersemangat. Kerinduan untuk beribadah dan bersekutu dengan sesama semakin memacu untuk segera menempati tempat yang telah disediakan. Kebaktian pun mulai tepat pukul 5 sore. Runtutan liturgia menyeret saya dalam pemaknaan akan minggu adven 3. Suasana semakin khusyuk saat pemandu pujian menyanyikan pujian-pujian yang diiringi dering piano yang merdu. Kejadian ini sudah sangat sering saya alami sebab di setiap kebaktian pastinya denting piano tak pernah henti menemani jemaat untuk beribadah. Renungan Firman yang dibawakan membuat saya semakin memaknai perayaan minggu adven. Penasaran dengan pianist sore itu, pada saat semua jemaat berdiri, sesaat saya lirik ke tempat sang pianist berdiri, dan sebuah pemandangan mengejutkan saya.  Sesosok anak remaja yang umurnya belum lebih dari 20 tahun berdiri. Keterkejutan saya disebabkan kondisi anak tersebut yang memiliki kekurangan pada matanya, atau buta. Spontan hal ini membuat saya berefleksi.
Teringatlah saat-saat dimana  sangat mudah mengucapkan “Aku tak bisa melakukan hal ini, karena memang aku tak bisa”, atau “hal itu sulit, aku tak mungkin bisa melakukannya”. Dan saat ini saya diperhadapkan dengan sesosok anak yang jelas-jelas tak bisa melihat namun sangat lihai dalam menggerakkan jemarinya untuk menghasilkan perpaduan nada-nada yang tak mudah. “Fiuuuuhh”, lewat peristiwa ini saya dingatkan untuk tak lekas mengucapkan ketidakmampuan dalam melakukan sesuatu, mengapa tidak dicoba dulu? Semestinya, setelah mencoba sesuatu barulah kita dapat mengungkapkan “saya tidak bisa” atau “saya bisa” sebab sudah teruji melalui keberanian kita mencoba hal yang kita anggap sulit tersebut.
Dilain sisi, kerja keras juga mesti menjadi modal utama untuk keluar dari budaya “saya tak bisa” tersebut. Dan pastinya kerja keras juga membutuhkan kedisiplinan tinggi. Tidaklah penting bagaimana hasilnya, namun yang lebih penting adalah bagaimana kerasnya berusaha untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Hal ini penting untuk diingat, sebab hasil bukanlah segalanya. Untuk mencapai hasil yang maksimal, dibutuhkan melalui proses yang tak mudah.
Jikalau saat ini Anda menghadapi kondisi yang sepertinya mustahil, ingatlah bahwa masih ada kata mungkin dibalik ketidakmustahilan itu. Bagaimana anda tahu bahwa hal itu mustahil? Apakah Anda sudah pernah mencobanya? Memang sulit untuk mengubah paradigma mengenai hal mustahil yang mungkin terjadi, namun apa salahnya untuk mencoba? Bercerminlah pada anak muda yang tak bisa melihat namun dapat menuai hasil sebagai seorang pianist.

Komentar

Postingan Populer