Keputusan Bijak Di Akhir Tahun


P
ada Kompas 12 Desember saya membaca cerpen berjudul Aokigahara yang bercerita mengenai salah satu hutan di Jepang yang lebih dikenal dengan “hutan bunuh diri”. Hal ini bukanlah tanpa alasan berarti, sebab Orang Jepang yang menganggap bunuh diri merupakan tindakan terhormat dari pada hidup melarat, sangatlah gemar untuk mengakhiri hidup mereka di hutan ini. Kenyataannya, bukan hanya di Jepang hal ini terjadi. Saya pun menemukan kasus yang mirip terjadi di Indonesia hanya saja masyarakat Indonesia masih menganggap bunuh diri sebagai alternatif yang tabu. Berita mengenai seorang ibu yang berusaha mengakhiri hidupnya dan 2 orang anaknya yang masing-masing berusia 3 dan 6 tahun (Kompas, 04/08/10) cukup membuat saya tersentak prihatin. Sebabnya, sang ibu berhutang lebih dari Rp 10 juta pada kredit arisan di kampungnya. Karena merasa tak mampu melunasi hutang yang sudah melebihi batas kemampuannya, sang ibu pun putus asa dan berniat mengakhiri hidupnya dan kedua anaknya.  
Realita
            Saya pun menemukan realita yang saya dapati di Kompas 20/08/10 , mengenai kenaikan harga-harga kebutuhan pokok terutama mendekati hari raya menjadi rutinitas tiap tahun. Dan yang menjadi sasaran kenaikan harga adalah sembilan bahan pokok(sembako). Desember sudah mendekati pertengahan, dan hari raya natal serta Tahun Baru juga sudah mendekat. Para ibu rumah tangga mulai merencanakan hidangan-hidangan yang akan disajikan bagi keluarga di hari istimewa tersebut. Permintaan akan kebutuhan pokok pastinya semakin meningkat, dan konsekuensinya adalah harga yang juga beranjak naik. Kebiasaan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang lebih istimewa dari hari-hari yang lain pastinya agak sulit diubah, namun kebiasaan ini bukanlah sebuah syarat mutlak untuk merayakan hari raya sebuah agama tertentu.
Sudut pandang seorang pendidik
            Sebagai seorang guru yang cukup dekat dengan dunia anak-anak membuat saya tidak bisa tinggal diam melihat realita ini. Saya mencoba mengambil peran walaupun kecil tapi saya berharap dapat mengurangi ketegangan para orang tua terutama ibu rumah tangga yang pastinya sibuk membuat rencana pengeluaran yang tiba-tiba membludak di bulan penghujung tahun ini. Makna hari raya lebih besar dari menikmati hidangan istimewa, mendapatkan setumpuk hadiah, atau bahkan plesir keluar negeri. Saya pun mengajak anak didik saya untuk belajar merespon perayaan Natal dan Tahun Baru dengan rasa syukur atas apa yang sudah mereka dapati dari keluarga. Di sisi lain, saya ingin mengajak kita semua untuk lebih lagi melihat hidup sebagai sebuah anugerah yang sangat baik untuk disia-siakan. Makna hidup lebih besar dari sekadar hidup berkecukupan, memiliki pekerjaan yang mapan, dan berkelimpahan makanan. Dalam hidup juga memiliki sisi-sisi kurang menguntungkan dimana kita mesti lebih lagi berjuang untuk merespon dengan bijak. Kehidupan tidak hanya berisi hal-hal baik, namun ada juga saat dimana diri kita dipacu untuk tidak menyerah dengan keadaan dan memilih untuk tetap berjuang akan kondisi yang kurang menguntungkan. Semoga perenungan ini dapat mengingatkan kita semua agar jangan sampai mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan hal kecil yang kita anggap masalah besar.





Komentar

Postingan Populer