“MEMBANGUN KEYAKINAN UNTUK TIDAK KHAWATIR”
Bersama para pejuang pemuridan |
Apakah sering kalian membaca atau mendengar ungkapan, “jangan khawatir”,
“jangan takut”, “serahkan semuanya ke Tuhan”? Dulu waktu masih bersekolah di
bangku sekolah dasar, pada saat satu hari sebelum ujian, baik itu ujian/ulangan
mata pelajaran mingguan maupun penentuan nilai di akhir periode belajar, saya
seringkali sakit perut dan diare. Belakangan baru saya ketahui ternyata itu
adalah Psikosomatis. Apa itu Psikosomatis? Menurut Wikipedia dalam situsnya https://id.wikipedia.org/wiki/Psikosomatisme,
“Psikosomatis adalah kondisi di mana sejumlah konflik psikis atau psikologis
dan kecemasan menjadi sebab dari timbulnya macam-macam penyakit jasmaniah atau
justru membuat semakin parahnya suatu penyakit jasmaniah yang sudah ada.
Contohnya, kemunculan emosi-emosi tertentu bisa disebabkan oleh faktor mental,
namun juga oleh faktor jasmaniah. Konflik-konflik batin dan kecemasan-kecemasan
hebat yang terus menerus bisa menjadi sebab dari timbulnya macam-macam penyakit
soma/badan. Sebagai contoh, oleh rasa ketakutan yang hebat, detak jantung
menjadi sangat cepat dan ada kelelahan yang ekstrem. Percepatan detak jantung
dan reaksi tubuh itu, kedua-duanya adalah betul-betul gejala fisiologis atau
jasmaniah yang disebabkan oleh konflik-konflik emosional yang sifatnya
psikologis. Reaksi somatis ini bisa mengenai segenap fungsi dan sistem-sistem
organis penting dari badan manusia. Misalnya mengenai: lambung perut, alat
pencernaan, sistem peredaran darah, alat pernapasan, sistem kelenjar, alat
kelamin, sistem persendian, kulit, limpa, jantung, ginjal dan lain-lain.” Hal
ini menunjukkan semenjak dari kecil saya sudah memiliki kecenderungan untuk
khawatir dan cemas.
Nah kembali ke poin awal, dengan begitu banyaknya gejala Psikosomatis,
itu menunjukkan bahwa mungkin sebagian besar dari kita pernah mengalami kecemasan
atau kekhawatiran. Padahal frasa Firman Tuhan yang mengatakan “Jangan Khawatir”
banyak sekali dapat ditemukan dalam Alkitab. Kamus Besar Bahasa Indonesia
memberikan makna “khawatir yaitu takut (gelisah, cemas) terhadap suatu hal yang
belum diketahui dengan pasti”. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam melayani
mahasiswa, kekhawatiran adalah sesuatu yang sangat sering didengar pada saat
mereka menceritakan masalah mereka.
Sebuah ayat yang sangat kuat berbicara tentang “Jangan khawatir” adalah
Filipi 4:6 “Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur.” Kata khawatir dimaknai sebagai keadaaan dimana
fokus kita pada diri sendiri. Selain itu, dalam ayat 6 ini, kekhawatiran juga
disandingkan dengan tindakan berdoa untuk menyatakan segala keinginan dan
ucapan syukur kepada Allah. Dalam melayani adik-adik mahasiswa, begitu banyak
hal yang dapat membuat mereka khawatir, seperti khawatir nilai jelek, khawatir
IP tidak bagus, khawatir uang bulanan tidak cukup untuk kebutuhan, khawatir
kondisi kesehatan orang tua, khawatir tidak lulus tepat waktu, khawatir tidak
mendapat pekerjaan yang cocok, khawatir akan pasangan hidup, khawatir dimarahi
orang tua karena begit aktif pelayanan, khawatir tidak disenangi dan dijauhi
teman-temannya karena terlalu rohani, dan masih banyak lagi. Terlalu banyak
kekhawatiran yang ada dalam pikiran dan benak mereka. Tugas kita sebagai
pembimbing rohani untuk menolong mereka memiliki keyakinan bahwa sebesar apapun
kekhawatiran yang dihadapi, ada Allah yang tidak pernah meninggalkan mereka. Dalam
perenungan saya, ada tiga hal yang perlu dibangun dalam keyakinan adik binaan
untuk tidak khawatir.
Yang pertama, Keyakinan akan siapa Allah yang disembah harus dibangun
untuk menolong mereka melihat bahwa Allah jauh lebih besar dari kekhawatiran
mereka. Keyakinan akan siapa Allah dibangun dengan satu-satunya cara yaitu
mempelajari firmanNya. Saya sangat senang membaca narasi-narasi dalam
Perjanjian Lama yang sangat deskriptif menggambarkan Allah yang sangat berkuasa
itu. Seperti contoh, Allah yang menuntun umat Israel di padang gurun lewat
tiang awan dan tiang api. Selain itu Allah yang sama jugalah yang membebaskan
umat Israel dari perbudakan di Mesir, dan Babel. Allah yang sama jugalah yang
menolong umat Israel dalam peperangan melawan bangsa-bangsa yang tidak mengenal
Allah yang benar. Seperti tertulis dalam Mazmur 183:3 “Ya Tuhan, bukit batuku, kubu
pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung,
perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!” Pertemuan dengan
Firman Allah adalah cara yang efektif untuk membangun keyakinan siapa Allah
yang disembah. Peran kita sebagai pemimpin rohani menolong mereka memiliki
persekutuan dengan Firman Allah yang rutin untuk terus belajar mengenal siapa
Allah itu.
Hal kedua yang perlu dibangun adalah keyakinan bahwa Allah mendengarkan
doa. Pemazmur mengatakan bahwa Allah telah mendengarkan dan memperhatikan doa
yang diucapkannya (Mazmur 66:19-20). Allah mendengar doa. Namun jawaban dari
doa tidak selalu sama dengan yang kita harapkan. Ia bisa saja menjawab ya,
tidak atau menunggu. Namun terlepas dari itu semua keyakinan Allah menjawab doa
itu mestilah dibangun, dengan cara menemani adik binaan untuk mengalami
pertolongan hanya dari Allah saja. Peran dari pemimpin rohani adalah menemani
adik binaan agar mereka dapat melalui masa-masa menanti jawaban doa itu sangat
penting. Yakinkah bahwa Firman Tuhan tentang Allah yang mendengarkan doa itu
benar adanya.
Hal ketiga yang perlu dibangun adalah keyakinan bahwa kekhawatiran tidak
mengubah apapun. Injil Matius mengajukan pertanyaan retoris, “Siapakah
di antara kamu yang karena kekhawatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada
jalan hidupnya?” Memang benar makanan itu penting bagi kehidupan, uang
penting untuk dapat bersekolah, pakaian penting sebagai kebutuhan namun semua
itu Allah yang mengendalikan. Apa makna “sehasta saja” disini? Ukuran sehasta
menunjukkan bahwa yang dimaksudkan disini adalah penampilan fisik, sedangkan
umur sepanjang-panjangnya hanyalah sebentar. Pertumbuhan seorang manusia sejak kecil
sampai dewasa bukan karena kekhawatiran dan kecemasan, melainkan karena
pemeliharaan Allah. Calon bayi yang di dalam perut dan bisa lahir ke dunia itu
semua karena pemeliharaan Allah. Kebutuhan studi dari awal semester hingga
lulus semua itu karena kecukupan dari berkat Allah. Semua itu ada karena kuasa
dan kebaikan Allah. Untuk itu, khawatir tidaklah menghasilkan apapun. Tidak ada
gunanya khawatir dan cemas.
Kekhawatiran tidak menghasilkan apa-apa, hanya akan membuat kita semakin
jauh dari Allah dan bisa sampai mengasihani diri. Peran pembimbing rohani
sangat besar untuk membangun keyakinan adik binaan untuk keluar dari kotak
kekhawatirannya dan berjalan bersama Allah, menyerahkan segala pergumulan
kepada Allah lewat doa-doa yang tekun. TETAP SETIA MEMURIDKAN
Komentar
Posting Komentar