Struggle Bab 1
Kamis, 08 Feb 2017
Selama bulan Februari 2017, buku yang mau aku baca dan share
adalah #struggles (pergumulan-pergumulan) – Mengikut Yesus di Dunia yang
Terpusat pada Selfie by Craig
Groeschel (Penulis besseller New York
Times)
Terdiri dari 8 bab, belum termasuk pendahuluan, kesimpulan
dan lampiran-lampiran serta ucapan terimakasih dan catatan-catatan.
Kesan yang saya dapat pada saat mulai membaca buku ini
adalah tata bahasa buku ini sangat kekinian, beda dari tata bahasa buku rohani
yang selama ini saya baca. Bagus J.
Yang mau saya bagikan adalah bab 2 dari buku (saya memilih
bab 2 karena judulnya menarik), yaitu 2.1 #TETAPTERHUBUNGKAN – seperti ala-ala
di IG dengan tanda #.
Kita harus memastikan
teknologi memperkaya hubungan-hubungan kita, bukan menggantikannya. Ini
adalah bagian pertama yang menarik bagi saya. Sudah terlalu sering
relasi-relasi yang nyata tergantikan dengan relasi via tekonologi
(medsos seperti WA, Line, IG, FB, dll). Ini merupakan pengalaman nyata saya juga.
Dengan memilih alasan lebih cepat, lebih praktis, efisien, akhirnya lebih
memilih membuat dunia sendiri lewat handphone
saya dengan orang-orang lain. Karena sebenarnya jika mau bertemu langsung,
butuh usaha yang lebih seperti butuh waktu untuk pergi. Ujung-ujungnya mungkin
butuh waktu. Jika menggunakan medsos bisa sambil mengerjakan hal lain namun
tetap juga bisa berelasi dengan orang lain (menurut pengalaman saya sendiri). Namun
jika dilihat lebih dalam, alasan itu sebenarnya adalah salah satu bentuk mencari
alasan untuk tidak mau berelasi, tidak mau memberi waktu lebih dalam berelasi.
Padahal untuk berelasi butuh waktu, butuh kesempatan bertemu dan berkomunikasi.
Pada buku ini tertulis: “Kita harus fokus pada lebih
mengasihi sesama dan benar-benar berinteraksi dengan mereka, daripada sekadar
menanggapi apa yang mereka post
dengan mengklik Like.”
Bagian berikut yang menarik adalah mengenai KASIH. Kasih itu
harus dialami secara langsung. Penting
untuk kita renungkan bukan saja apa yang Yesus katakan melainkan apa yang tidak
Dia katakan. Perhatikan perkataanNya, “semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah
murid-muridKu, yaitu jikalah kamu saling mengasihi.” Yesus tidaklah berkata,
“semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalah kamu punya
teologi yang sempurna.”
Menurut Yesus, cara agar orang lain tahu bahwa kita adalah
murid-muridNya lewat KASIH. Dia memberi teladan lewat membasuh kaki
murid-muridNya, suatu ungkapan kerendahan hati yang mutlak. Dan lewat
teknologi, itu tidaklah cukup untuk menunjukkan kasih kita bahkan kasih Allah
yang nyata itu. Mana yang lebih dipilih menelepon atau mengirimkan surat via email? Mana yang lebih dipilih, mengirim
pesan atau kunjungan pribadi? Bagian ini menunjukkan bahwa relasi yang bersifat
langsung, entah itu tatap muka atau langsung bicara, sangatlah berarti
menunjukkan kasih nyata lebih dari apapun juga.
Makna teman/friend sekarang sudah berbeda dari beberapa
tahun yang lalu. Sekarang teman/friend bisa di dunia nyata, bisa juga di dunia
maya. Ada orang yang berteman di dunia maya namun belum pernah bertemu
sekalipun.
Hal yang menarik lainnya adalah bagaimana kita mengisi waktu
luang ketika merasa kesepian. Dulu, kebanyakan orang akan menelepon temannya
atau pergi ke rumah teman atau tetangga. Sedangkan sekarang, memilih untuk
mengedit foto agar terlihat menarik, lalu berbagi foto tersebut di medsos
tertentu. Bisa juga dengan update status, atau chat dengan orang lain yang
berada jauh dari kita. semua ini tidaklah salah. Pada saat saya membaca bagian ini,
saya tersenyum-senyum sendiri sebab semua hal itulah yang saya lakukan jika
sedang kesepian atau bosan. Membagikan foto, lalu menunggu Like, atau komentar
orang-orang, dan itu membuat saya merasa senang. Senang karena ada yang Like.
Bahkan pernah foto saya di salah satu medsos, di copy ke akun yang lain, dan
itu membuat saya jauh lebih senang sebab ternyata foto saya dinilai lebih
sehingga mengundang orang lain meng-copy…
Buku ini mengomentari fenomena itu dengan: Kita hidup demi Like, padahal kita merindukan kasih.
Kita mencari pemenuhan kasih dengan respons like dan
komentar di bagian komentar. Sangat disayangkan. Kemampuan manusia ciptaan
Allah untuk membagikan kasih secara nyata, sekarang jauh dibatasi dengan kasih
lewat media sosial. Ini adalah sebuah fenomena di kalangan anak muda, yang juga
sudah mulai merambat di antara orang-orang paruh baya ketika kesepian melanda.
Masih banyak lanjutannya. Bersambung di lain kesempatan….ayo
terus membaca J
Komentar
Posting Komentar